Isra' dan Mi'raj
ISRA’ DAN MI’RAJ
Peritiwa Isra Mi’raj Nabi yang teralami oleh NabiMuhammad
seringkali digabungkan menjadi suatu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya
Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Dan untuk meluruskan hal
tersebut, pada kesempatan inikami
bermaksud untuk mengupas tuntas peristiwa isra’ mi’raj yang dikhususkan
pada pembahasan mengenai pengertian isra, tujuan perjalanan isra’ mi’raj, dan
sejarah isra mi’raj yang seluruhnya teralami oleh Nabi Muhammad.Jika ditarik garis lurus dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha di Palestina jarak kedua tempat tersebut sekitar 1500 Km.
Dibutuhakan waktu yang cukup lama untuk dapat mencapai Masjidil Aqsa. Jarak yang jauh ini dapat
ditempuh oleh Nabi Muhammad dalam waktu satu malam saja. Perjalanan yang indah
nan mengesankan ini tak terhenti di Majidil Aqsa, Muhammad yang menungangi
Buraq kembali menempuh perjalanan ke Sidratul
Muntaha yangmenjadi tempat ia berjumpa dengan Allah. Bila ditilik dalam
dimensi spiritual perjalanan ini merupakan suatu rencana Allah SWT kepada Nabi
Muhammad. Allah SWT mengunakan “teknologi-Nya” untuk membawa Muhammad
kepada-Nya. Hal ini diperkokoh dengan tertemukanya kisah ini dalam dua ayat Al-Qur’an, yaitu surat Al-Isra’(17):
1 dan surat Al-Najm (53): 8-18)[1]
Pengertian isra dan Mi’raj
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir
menjelaskan, isra (اسرى) atau sara (سرى) artinya adalah perjalanan di malam
hari. Secara istilah, isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad pada suatu malam
dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Sedangkan Mi’raj secara istilah berarti naik.
Dengan demikian mi’raj adalah pengangkatan Nabi Muhamad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha.[2]Tujuan perjalanan ini ialah untuk menunjukkan
kepada Muhammad kekuasaan Allah. Disampingitu untuk memberikan hiburan (tyasilah) dari Allah untuk Muhammad
karena istrinya Khadijah dan Abu Talib telah meninggal dunia. Selainitu
perjalanan ini pun mengandung pesan peguatan dari Allah SWT kepada Muhammad agar ia kuat dalam menghadapi
aneka kesulitan yang akan menghadangnya, salah satunya adalah gelombang
perlawanan yang timbul dari kelompok Qraishy.[3]
Tahun terjaadinya Isra’ Mi’raj
Ada sedikitnya enam pendapat tentang waktu
kejadian Isra’ Mi’raj Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Menurut Al-Maududi
dan mayoritas ulama, Isra’ Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah,
yaitu antara tahun 620-621 M. Sedangkan menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra
Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang
populer. Namun, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut
dengan alasan karena Khadijah istri Muhammad meninggal pada bulan Ramadan tahun
ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab, dan saat itu belum ada
kewajiban salat lima waktu. Disatu sisi
Mayoritas ulama di Indonesia meyakini peristiwa Isra’ Mi’raj jatuh pada
tanggal 27 Rajab.[4]
Kisah Isra’ Mi’raj
Kisah
ini perjalanan Muhammad ini sejatinya berasal dari tradisi Islam.
Perjalanan ini pun terjadi pada malam hari ketika Muhammad hendak beristirahat
di dekat rumah Tuhan, Kabah di Makkah. Pada waktu itu Muhammad tengah berada di
rumah Umm Hani’ yang adalah anak dari
Abu Thalibdengan Fatimah. Tafsiran para
ulama mengatakan bahwa ja’far dan Ali pada waktu itu sudah masuk dalam Islam sementara itu
suaminya Umm Hani’ tidak tertarik untuk masuk Islam. Walaupun demikian Umm
Hani’ sangat senang kalau Muhammad
menyempatkan diri untuk berkunjung kerumahnya dan ia pun mengijinkan Muhammad
untuk mengadakan salat si rumahnya.Ketika kematian Abu Talib, Umm Hani’
mengundang Muhammad untuk bermalam di rumah mereka. Muhammad mengabulkan
keiginanya dan setelah salat bersama,Muhammad ingin beristirahat sejenak. Namun
ketika baru sebentar terlelap Muhammad seperti mendengar ada suara yang
membangunkanya. Muhammad kemudian bangun dan berniat untuk pergi ke Ka’bah. Dan
di Madjidil Haram itu ia kemudian melanjutkan tidurnya di dekat Hijr.[5]Selekas
setelah Muhammad beristirahat datanglah Malaikat Jibril membangunkanya.
Malaikat Jibril lalu mengangkat hati Muhammad dan membersihkanya dengan air
zam-zam. Setelah Muhammad sadar, Malaikat Jibril membawanya keluar ke pintu
gerbang Masjid. Jibril menghadirkan seekor buraq yang menjadi kendaraan khusus
bagi Muhammad. Buraq adalah makhluk berbadan cahaya dari alam malaikat.Muhammad
mendeskripsikan ciri-ciri Muhammad sebagai seekor binatang yang berwarna putih
dan mempunyai sayap dibagian kiri dan kananya. Nama Buraq berasal dari kata
barqun yang berarti kilat. Penamaan ini sejalan dengan langkah hewan ini yang
terkatakan oleh Muhammad memiliki kecepataan sejauh mata memandang.
Buraq tersebut kemudian merendahkan dirinya
sehingga Muhammad dapat menunganginya dan secara bersama mereka menempuh
perjalanan ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Setibanya di sana Muhammad lalu
mengikat Buraq itu pada sebuah tiang mesjidil sebagaimana dilakukan oleh para
nabi. Di Mesjidil itu Muhammad berjumpa dengan rombongan nabi yang telah
menungunya yakni Nabi Adam,Ibarahim, Isak, Ismail, Musa, Isa bin maryam, dan
nabi-nabi lainya.Muhammad lalu masuk ke dalam masjidil dan mengadakan salat sebanyak dua rakaat
bersama rombongan para nabi dan Muhammad bertindak sebagai Imam atau pemimpin
salat.[6]
Setelah selesai salat, Muhammadkeluar dari Masjidil, tiba-tiba Muhammad didatanggi oleh Jibri
dengan membawa semangkuk anggur dan semangkuk susukepadanya. Dihadapkan kepada
dua pilihan yang membingungkan Muhamad lalu memutuskan untuk memilih susu,
sementara gelas yang berisi anggur tidak disentuhnya. Jibril memuji sikap Muhammad karena muhamad telah memilih
fitrah[7]
baginya dan pengikutnya.[8]
Dari atas batu di tengah-tengah Masjidil Aqsa,
Muhammad kembali diajak naik Buraq yang segera terbang tegak lurus ke langit,
meninggalkan alam duniawi, ruang dan waktu, melewati tujuh surga di mana ia
bertemu dengan nabi-nabi yang tadi sembayang bersama denganya di Yerusalem.
Nabi pertama yang dijumpai Muhammad adalah Nabi Adam, Isa Bin Maryam dan Yahya
bin Zakaria, Yusuf, Idris, Harun, Musa, dan Ibrahim. Nabi Ibrahim, dikisahkan oleh Muhammad sedang
bersandar di Baitul Makmur[9].
Lalu Allah memberikan wahyu kepada Muhammad
dengan mewajibkan salat lima puluh waktu sehari semalam.Muhammad
menerima tanpa protes sedikitpun. ‘Tak lama setelah itu, ia segera diantar
pulang melalui jalan yang sama. Ketika melewati Musa, Musa bertanya tentang
berapa kali sembayang yang diwajibkan Allah bagi Umat-Nya. Ketika Muhammad menjawab 50 kali, Musa
mnyuruhnya kembali kepada Allah untuk menguranginya. Allah mengurangi 10
menjadi 40 kali. Namun ketika Muhammad melewati Musa ia disuruh kembali hingga
tinggal 5 kali. Itu pun Musa masih
meminta keringanan, namun Muhammad menjawab, “Aku telah berulang-ulang kembali
kepada Allah sampai aku malu meminta keringanan, maka aku tak akan kembali
untuk meminta keringanan”. Sejak saat itulah
menjadi 5 kali dalam sehari, jika salat itu di tunaikan dengan
sebaik-baiknya maka orang yang melakukanya setara dengan ornag yang melakukan
salat 50 kali sehari.[10]
Setelah Muhammad kemabali ke Masjid Aqsa dan
melaluijalan yang sama ia embali ke Makkah.
Dalam perjalanan pulang Muhammad berjumpa dengan beberapa karavan
dagang. Muhammad tahu persis kejadian
yang menimpa para karava dagan tersebut. Ada yang kakinya untahnya patah, ada
yang kehilangan unta dan ada berbagai kejadian lainya yang menimpa para karavan
tersebut. Singkatnya Muhammad tahu persis kejadian yang menimpa mereka. Setelah tiba di rumah Umm Hani’, Muhammad
kembali mengadakan sembayang bersama mereka. Muhammad pun menceritakan
peristiwa yang dialaminya kepada Umm Hani’ dan kepda orang yang kepada para
musuhya yakni kaum Quraisy. Umm Hani’ yang mempercayai peristiwa itu meminta
Muhammad untuk tdak menceritakan pengalaman itu kepada paara musuhnya, hanya
saja Muhammad memilih untuk tetap menceritakanya. Para musuhnya yang adalah
kaum Quraisy mencap Muhammad sebagai
pembohong karena bagi mereka sangat tidak mungkin diadakan perjalanan selama satu malam dari masjidil Haran ke
Masjidil Aqsa. Diantara kelompok orang yang menolaknya masih ada orang yang
menerima kisah Muhamad mereka ialah
yakni Umm Hani’ dan Abu Bakar. Abu Bakar kemudian dijuluki oleh Muhammad
sebagai As-Shiddiq (saksi agung kebenaran atau orang yang berpegang teguh pada
kebenaran).[11]
[1] Harun Arrasyid H.J. Tuskan,Mukjizat Nabi dan Rasul Menurut Prespektif Islam, ( Jakarta: Lintas
Pustaka, 2004), hlm. 60.
[2]Chiris Horie and
Peter Chippindale, What is Islam ? (
London: A Star Book , 1990), hlm. 59.
[3] Harun Arrasyid H.J. Tuskan,Mukjizat Nabi..., hlm. 61.
[4]Harun Arrasyid H.J.
Tuskan,Mukjizat Nabi...., 62.
[5]Yohanes Harun
Yuhwono, Mengenal Islam, ( Sinaksak
Pematangsiantar: ,2000), hlm. 46.
[6]Jhon Bowden, Islam
In Stories,(Leuven-Paris: Peeters, 2002) hlm. 34.
[7] Fitrahdapat
diartikan sebagai suatu kekudusan dan keadaan tanpa noda. Dengan pengertian ini
dapat disimpulkan bahwa pilihan Muhammad adalah suatu tindakan yang mengandung
kekudusan. Selanjutnya Agama isalam mengharamkan sesuatu yang menimbulan
kemabukan atau yang dijadikan Khamar.
Yang dimaksutkan dengan Khamar adalah sebuah minuman yang memabukan yang
dapat terbuat dari tumbuh-tumbuhan, anggur, kurma, gandum, atau dari
bahan-bahan lain setelah bahan itu berubah menjadi khamar. Yusuf AL-Qaradhawi, Halal haram dalam Islam( Akbar Media Eka Sarana, 2005), hlm. 51.
[8]Chiris Horie and
Peter Chippindale, What is Islam ?...,
hlm. 61.
[9] Keluasan dari Baitul
Makmur dapat memasukkan tujuh puluh ribu malaikat setiap harinya. Setelah
keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur).
[10]Yohanes Harun
Yuhwono, Mengenal Islam..., hlm. 47.
[11]Yohanes Harun
Yuhwono, Mengenal Islam..., hlm. 47.
Komentar
Posting Komentar