Islam Masa Khalifah II
ISLAM MASA KHALIFAH II
Pasca Muhammad
meninggal dunia, Islam muncul secara menakjukkan. Bangsa-bangsa di sekitar
jaziarah Arab, bahkan meluas sampai ke wilayah karajaan Persia dan Romawi timur
menyambut Islam dengan hangat sebab kejenuhan mereka atas jajahan dari
kekaisaran Byzantium (Romawi timur) dan kekaisaran Persia (Sassani). Perluasan
ajaran Islam ini tak terlepas juga dari beberapa khalifah yang handal seperti;
Abu Bakar Al-Shiddiq, Umar Ibn Khathab Al-Faruq, Utman Ibn Affan dan Ali Ibn
Thalib. Mereka berperan penting dalam perluasan Islam bagi daerah-daerah
tertentu setelah kematian Muhammad. Pada peper ini penulis akan menguraikan
historisitas dari kepemimpinan khalifah kedua yakni Umar Ibn Khathab Al-Faruq
dalam menyebarluaskan ajaran Islam setelah menggantikan Abu Bakar Al-Shiddiq.[1]
Latar Belakang kehidupan Umar Ibn Khathab
Al-Faruq
Umar pada masa remaja
bekerja sebagai gembala unta. Ayahnya berwatak keras dalam mendidik dia. Umar
memiliki perkembangan yang lebih cepat dibandingkan teman-teman sebayanya,
lebih tinggi dan lebih besar. Wajahnya putih agak kemerahan, tangannya kidal
dengan kaki yang lebar sehingga jalannya cepat. Sejak muda ia sudah mahir dalam
berbagai olahraga seperti: gulat dan menunggang kuda. Kemampuannya untuk
berbicara jangan diragukan oleh ia sering menjadi utusan Kuraisy kepada kabilah
lain.[2]
Seperti pemuda-pemuda
dan laki-laki lain di Makkah, Umar gemar meminum khamar (minuman keras) sampai
berlebihan hingga mabuk. Pada usia kemataannya Umar mengawini sembilan perempuan
yang kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan empat
perempuan[3].
Masa mudanya Umar banyak menemui pemuka-pemuka Arab dan bertukar pikiran dengan
mereka. Luasnya pengetahuan mengenai silsilah orang-orang Arab dan
cerita-cerita rakyat masyarakat Arab serta apa yang diketahuinya dari buku-buku
membuatnya lebih banyak untuk menambah ilmu daripada untuk memperoleh kekayaan[4].
Umar memiliki idealisme yang kuat baik dalam pemikiran maupun mengenai
kepercayaan. Atas itu Umar sering memerangi mereka yang meninggalkan
penyembahan berhala dan menghina berhala-berhala itu.
Umat Islam merupakan
golongan yang memecah belah kepercayaan Umar dan sukunya. Hal ini membuat
perselisihan tidak dapat dihindarkan. Pandangan Umar terhadap umat Islam serta
para pengikut Muhammad dan dakwahnya sangat menggangu bahkan memecah belah
persatuan Kuraisy dan menginjak-injak kedudukan tanah suci. Oleh karena itu
Kuraisy berniat menghentikan Muhammad dan para pengikutnya.[5]
Suatu pagi ia pergi
dengan pedang terhunus di tangan hendak membunuh Rasulullah dan beberapa orang
sahabatnya yang sudah diketahuinya mereka sedang berkumpul di Darul Arqam di
Safa. Dalam perjalanannya Umar bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah yang menyuruh
dia untuk pulang. Umar akhirnya kembali ke rumah adik perempuanya yang ternyata
telah masuk agama Islam saat umar sampai disana ternyata Khabbab bin al-Arat
sedang membacakan lembaran-lembaran Al-Qur'an. Umar ketika itu murka dan hendak
memukul Iparnya namun dilindungi oleh adik Umar. Pukulan akhirnya melayang ke
pipi adiknya. Tindakannya itu memebuat Umar merasa menyesal[6].
Keingintahuan Umar
akan ajaran Muhammad memebuat ia mulai membaca Al-Qur’an. Umar terkesima
mendengar ajaran itu dan menuntun ingin bertemu dengan Muhammad. Ia mendatangi Muhammad
besama dengan Khabbab bin al-Arat, dengan pedang di tangan[7].
Kedatanganya membuat Umat Islam yang berada dekat dengan Muhammad begitu geram.
Akan tetapi tak disangka Umar datang bukan untuk membunuh Muhammad namun ingin
mengutarakan keinginannya untuk masuk Islam[8].
Masa Pemerintahan Umar Ibn Khathab
Al-Faruq
Meningganya Abu Bakar
digantikan oleh pemerintahan Umar Ibn Khathab Al Faruq. Masa pemerintahan Umar sekitar 10 tahun 6 bulan memiliki dapak
yang besar bagi Islam. Beberapa penulis menuturkan bahwa Islam masa pemerintah
Umar Ibn Khathab mengalami masa kemasaan.[9] Perkembangan yang
dilakuakan umar tidak hanya dari dalam namun juga keluar daerah Arab. Umat
Islam ketika itu lebih senang menyebut Umar Ibn Khathab sebagai Amirul mu’minim yang berarti pemimpin
umat beriman sebab Umar bukan menggantikan Muhammad secara langsung namun ia
menggantikan Abu Bakar Al-Shiddiq sebagai khlifah.[10]
Umar melakukan
beberapa gerakan baru seperti pemecatan Khalid Ibn Walid dari jabatan panglima
perang tentara Islam yang sedang berperang dengan pasukan Bizantium di
Damaskus. Sebagai gantinya Umar Ibn Khathab menghunjuk Abu Ubaydah. Pemecatan
yang dilakukan oleh Umar Ibn Khathab dari catatan sejarah menghadirkan beberapa
alasan seperti takutnya Umar akan kesuksesan Khalid yang mingkin bisa mengancam
kedudukannya, atau Abu Ubaydah memang layak menjadi panglima dan berbagai
alasan yang lain namun Khalid menerima pemecatann itu dengan lapang dada.[11]
Selain ide pengumpulan
ayat-ayat Al-qur’an yang dinasehakan oleh Umar Ibn Khathab kepada Abu Bakar. Ia
juga sudah mulai mengatur administersasi pemerintahan Islam dan penggunaan
harta Baitul Mal. Dengan tindakan itu Umar Ibn Khathab berhasil menjaga
stabilitas keuangan pemerintan serta meminimalisir pemakaian harta pemerintah
untuk kepentiangan pribadi[12].
Umar Ibn Khathab selaku pemimpin dari Islam pada masanya berhasil membangkitkan
spiritual Islam dalam hal shalat Tarawih di bulan Ramadan. Mesjid-mesjid yang
biasanya sepi ketika bulan Ramadan kini ramai atas kebijakan dari Umar. Situasi
ini secara tidak langsung mulai membangun aroma spiritual yang nyata dalam
masyakat.[13]
Perkembangan Islam
dibawah kepemimpinan Umar Ibn Khathab terus berkembangan terlihat berbagai
pertempuran yang dilakukan membawa kemenangan dan perluasan wilayah Islam
diberbagai tempat seperti di Yarmuk, pertempuran antara pasukan Islam dengan
tentara Bizantium. Pertempuran ini sudah dimulai sejak masa pemerintahan Abu
Bakar namun baru berhasil dikuasai oleh tentara Islam dibawah kepemimpinan Umar
Ibn Khathab. Dari Yarmuk pasukan Islam maju ke Ghasan ibu kota Damaskus untuk
menguasainya. Pasukan Islam mengepung daerah tersebut, Heraclius pengausa
Romawi memerintahkan pasukan untuk membantu kekuasan Raja Jabal VI namun gagal.
Pertempuran berlangsung dua bulan, kelengahan terjadi dari pihak Ghasan ketika
putera raja lahir. Hal ini dimanfaatkan oleh pasukan Islam untuk menaklukan
Ghasan. Dari Damaskus pasukan dibagi dalam dua dan berhasil menundukkan
Leviantine, Emessa, Antiokia, Vartanius, Aleppo, Agnadine (benteng Romawi yang
terletak antara Ramla dan Yerusalem).[14]
Penaklukan berlanjuk
sampai ke Yerusalem yang dilakukan pada musim dingin. Umar Ibn Khathab mengutus
Ubaydah, Khalid dan Muawiyah yang telah sukses menaklukan Siria Utara membantu
Amru Ibn Ash untuk mengepung Yerusalem. Heraclius dan puteranya sudah putus asa
sehinggal melarikan diri ke Siria menuju Konstantinus dan menyerahkan Yerusalem
kepada penguasa setempat sedangkan Artavon ingin bertahan namun Patriark Sopharus
ingin berdamai. Situasi yang kelam ini menghadirkan kesulitan bagi masyarakat
dalam hal ekonomi dan sandang pangan, yang akhirnya menempuh jalan damai dengan
syarat Yerusalem akan diserahkan kepada pasukan Islam: jika ada gencatan
senjata, Yerusalem hanya akan diserahkan kepada pemimpin tertinggi Islam, sisa
pasukan Romawi boleh pergi ke mesir dengan damai. Syarat diterima oleh Umar Ibn
Khathab dan membiarkan mereka untuk pergi. Orang banyak kagum akan Umar Ibn
Khathab atas kepemimpinannya.
Mesir merupakan daerah
selanjutnya yang ditaklukan oleh Umar Ibn Khathab bersama umat muslim yang
lain. Penaklukan Mesir cenderung mudah sebab adanya banyak aliran Kristen yang
tidak sepaham seperti Koptik, Arianisme, Athanasianime, jacobites, Melkites
dll. Bahkan catatan sejarah mengatakan bahwa Islam juga berhasi menguasai
Alexsandria daerah pusat kekristenan, sebuah pelabuhan dunia di Afrika
Utara. Berbagai wilayah yang ditaklukkan
oleh Islam tak terlepas dari situasi yang mendukung dengan banyaknya pasukan serta
keadaan wilayah yang kacau akibat perbedaan keyakinan dan tekanan pajak dari
pemerintah jajahan. Atas itu Islam datang menjanjikan perlindungan dan pajak
lebih ringan serta kebebasan beragama. Selain itu dalam masayarakat juga
terdapat kekeringan spiritual akibat kurangnya tenaga dan banyaknya masalah
dalam kehidupan kristiani.[15]
Kematian Umar Ibn Khathab Al-Faruq
Pasukan Islam berhasil
menguasai berbagai wilayah baru serta tawanan salah satunya, bernaman Fairus.
Fairus ditawan ketika pasukan Islam menggempur Nahawind dibawah panglima
Munghirah Ibn Syu’bah. Ia diduga bekerja
sebagai seorang ahli permata sebab di Madinah ia mendapat panggilan Abu lu’lu
(Pak permata). Sebagai tawana ia akhirnya masuk Islam agar bebas penindasan.
Dengan kata lain bahwa keIslamannya merupakan kepura-puraan untuk membalas
dendam atas kehancuran dari negerinya.
Ketika shalat subuh
pada rabu 26 Zulhijah 23 H/644M, Fairus datang pagi-pagi sehingga ia mempati
barisan yang paling depan. Namun sebelum ia berangkat fairus telah menyelipkan
sebuag pisau yang telah dibumbui racun dan menyelipkannya dalam pakainya. Umar
selaku pemimpin ibadat berada di depannya. Saat shalat sedang berlangsung
Fairus mendatangi Umar Ibn Khathab Al-Faruq dan menggolok lehernya sampai mati.
Suasana shalat menjadi kacau, Fairus berusaha untuk lari sambil melawan, 12
orrang terluka. Pada akhirnya Fairus tertangkap dan dibunuh[16].
[1] Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal (Kupang: Gita Cinta,
2010), hlm. 94.
[2]
Muhammad Husain Haekal, Umar Bin
Khattab (judul asli Al-Faruq “Umar”), diterjemahkan dari bahasa Arab oleh
Ali Audah (Bogor: Litera Antarnusa, 2002), hlm. 1-3.
[3] Muhammad Husain Haekal, Umar Bin Khattab,… hlm. 5-6.
[4] Muhammad Husain Haekal, Umar Bin Khattab,… hlm. 11.
[5] Muhammad Husain Haekal, Umar Bin Khattab,… hlm. 18-19.
[6] Muhammad Husain Haekal, Umar Bin Khattab,… hlm. 23-24
[7] Muhammad Husain Haekal, Umar Bin Khattab,… hlm. 24.
[8] Muhammad Husain Haekal, Umar Bin Khattab,… hlm. 25-26
[9] Frank E. Vogel,
Islamic Law And Legal Studi of Saudi Arabia,
(Leiden, Boston, koln: Brill, 2000), hlm. 187.
[10] Yohanes Harun Yuhwono, Mengenal Islam, (Pematangsiantar: STFT,
2000), hlm. 82. (diktat)
[11] Yohanes Harun Yuhwono, Mengenal Islam…. hlm. 85.
[13] Mohammad Daud, Asas-asas Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,1990), hlm. 155-156.
[14] Yohanes Harun Yuhwono, Mengenal Islam…. hlm. 86.
[15] Yohanes Harun Yuhwono, Mengenal Islam…. hlm. 87.
[16] Yohanes Harun Yuhwono, Mengenal Islam…. hlm. 87-88.
Komentar
Posting Komentar