Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah


Pengertian Wahyu dan Kitab-Kitab Allah menurut ajaran Agama Islam

Sebelum membahas tentang Kitab-Kitab Allah, terlebih dahulu kita harus mengetahui pemahaman Islam tentang wahyu. Menurut  ajaran Islam wahyu adalah cara Allah berbicara kepada manusia ataupun mahkluk yang lain. Wahyu yang dikaruniakan Allah kepada manusia terbagi dalam tiga cara yakni:
1.        Cara pertama yaitu wahyu dalam bentuk aslinya yaitu Allah mengilhamkan suatu pengertian kedalam hati manusia sesuai dengan makna kata wahyu dalam bahasa Arab ( isyarat cepat).
2.        Cara kedua yaitu Allah berbicara kepada manusia dari “belakang tirai” (min waro’i hijabin) dan ini mencakup mimpi, penglihatan dan ilham. Wahyu ini diterima manusia dalam keadaan “setengah sadar”.[1]
3.        Cara ketiga yaitu Allah wahyu disampaikan melalui perantaraan malaikat Jibril yang khusus untuk para nabi. Wahyu ini disebut wahyu matluww atau wahyu yang dibacakan.
Pemahaman tersebut menandakan bahwa wahyu Allah memiliki tingkatan. Akan tetapi, ciri yang khas dan mendominasi pengertian Islam tentang wahyu ialah dalam proses pewahyuan Allah saja yang berkarya secara aktif sedangkan manusia atau mahkluk lain hanya sebagai pelaksana dari firman Allah tersebut.[2]
Pemahaman mengenai wahyu tersebut, juga menjadi landasan pemahaman bagi orang-orang Islam mengenai Kitab-Kitab Allah.Kitab-Kitab Allah menurut ajaran Islam adalah kitab-kitab yang diturunkan Allah (melalui malaikat) kepada para nabi-Nya.Kitab Suci itu sudah ada sejak semula dan diturunkan oleh Allah melalui para nabi. Allah sendiri yang menjadi penulis kitab-kitab tersebut. Karena itu, para nabi tidak telibat dalam menulis dan menyusun kalimat-kalimat dalam kitab-kitab tersebut. Para nabi hanya sebagai penyambung lidah Allah yang mengulangi kata-kata yang didiktekan oleh Allah sendiri. Kata-kata Allah itu adalah kebenaran dan tidak dapat salah.[3] Kata-kata yang diwahyukan Allah itu adalah undang-undang dari Allah yang harus ditaati dan tidak boleh digubah oleh manusia untuk menjamin keaslianya. Oleh karena itu, Al-Quran suci menjadi satu-satunya Kitab Suci yang sempurna dan harus dipertahankan bahasa aslinya yaitu bahasa Arab.

Kitab-Kitab Allah yang diakui oleh orang-orang Islam

Dalam Al-Quran sering disebutkan bahwa ada rasul-rasul lain yang ada sebelum Muhammad juga mendaptkan Kitab Allah.  Al-Quran (10:47) menuliskan“dan tiap-tiap umat mempunyai utusan”[4].
Maka, setiap rasul tersebut dikaruniai Kitab Allah (Al-Baqarah, 2:213). Kitab-KitabSuci yang disebutkan secara khusus namanya yaitu:
1.        Taurat (kepada Nabi Musa)
2.         Injil (kepada nabi ‘Isa)
3.        Zabur (kepada Nabi Dawud)
4.        Al-Quran (kepada Nabi Muhammad).
5.        Ada juga kitab yangdiberikan kepada Nabi Ibrahim, namun tidak disebutkan nama Kitab Sucinya (Al-A’la, 87:18-19).[5]

Quran dengan jelas menerangkan bahwa “Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diwahyukan sebelum engkau”(2:4). Selanjutnya“Utusan beriman kepada apa yang diwahyukan kepadanya oleh Tuhannya, demikian pula kaum Mukmin, mereka semua beriman kepada Allah dan malaikat-Nya dan Kitab-kitab-Nya  dan semua rasul-Nya”(2:285). Selain itu orang-orang Islam juga mempunyai keyakinan bahwa mereka wajib mempercayai kitab-kitab tersebut sebab semuanya ialah Sabda Allah; dengan demikian orang Islam harus beriman kepada Kitab Suci tiap-tiap bangsa, karena tiap-tiap bangsa pernah kedatangan para Nabi, dan tiap-tiap Nabi mempunyai Kitab Suci.[6] Akan tetapi, perlu digaris bawahi bahwa menurut pandangan Islam Kitab Suci yang benar harus memiliki kutipanya dalam Al-Quran.

Al-Quran dan Kitab-Kitab Lain

Dalam perkembangan hingga saat ini semua orang Islam tidak lagi diwajibkan untuk percaya kepada Kitab-Kitab yang ada sekarang ini. Kitab Suci  yang ada sekarang ini sudah jauh menyimpang dan dipalsukan isinya.[7] Oleh karena itu, satu-satunya Kitab Suci yang sempurna adalah Al-Quran. Alasanya ialah Al-Quran sebagai Kitab terakhir yang terjamin keutuhanya dan keaslianya sebab dijaga oleh Allah sendiri ( Al-Hijr, 15:9). Perbedaan-perbedaan Al-Quran dengan Kitab-Kitab lain ialah:
1.        Kitab-Kitab Suci yang ada sebelumnya hanya tertuju kepada golongan masyarakat tertentu saja, sedangkan Al-Quran universal dan berlaku untuk seluruh umat manusia sampai keakhir zaman.
2.        Teks asli dari Kitab-Kitab sebelumnya telah hilang samasekali dan yang ada hanya salinannya saja, sedangkan Al-Quran masih seperti yang diturunkan kepada Muhammad Empat beals abad yang lalu.
3.        Kitab-Kitab Suci yang lain memakai bahasa yang telah kuno, sedangkan Al-Quran memakai bahasa Arab yang modern yang berlaku sampai saat ini.
4.        Kitab-Kitab lain telah menggabungkan wahyu-wahyu Allah dengan perkataan-perkataan manusia.
5.        Sejarah turunnya Kitab-Kitab lain telah, ayat-ayat dan kalimat-kalimatnya telah kabur.[8]

Al-Quran yang adalah wahyu terakhir yang terjamin keaslianya, terhadap Kitab-Kitab lain Al-Quran berfungsi sebagai: nasikh (korektor), muhaimmin ( batu ujian), dan mushaddiq (peneguh atau penguat) (Al-Maidah 5:48). Bagi umat manusia Al-Quran berfungsi sebagai al-furqan  atau pembeda antara yang baik dan yang jahat (Al-Furqan, 25:1), dan adz-zikir atau pemberi peringatan (Al-Furqan, 25:1), sebagai pembimbing yang lurus (Al-Kahfi,18:1-2), sebagai petunjuk,pedoman dan rahmat (Al-Jatsiyah, 45:20). Oleh karena itu, bagi orang-orang Islam membaca Al-Quran  sama artinya dengan berdoa.

Refleksi

Semua Kitab Suci adalah Sabda Allah. Sebagai Sabda Allah Kitab suci memuat suatu kebenaran iman yang mengatur kehidupan umat manusia. Akan tetapi, dalam prosesnya Al-Quran juga disusun oleh manusia sebagaimana Kitab-Kitab Suci yang lain yang ditulis oleh para penulis yang menerima wahyu Allah. Jika dilihat dari segi isi Al-Quran merupakan Kitab Suci yang diformulasikan oleh Nabi Muhammad atau para penggantinya sendiri bahkan Al-Quran mengambil bentuk hukum dari Kitab-Kitab Taurat dan Injil. Karena itu, sangat tidak mungkin Al-Quran menjadi penjaga dan  hakim terakhir dari Kitab-Kitab Suci lain dan juga menjadi hukum sempurna bagi manusia. Meskipun demikian yang harus kita sadari bahwa masalah iman dan kepercayaan kepada Tuhan adalah masalah yang tak pernah dapat diselesaikan dengan pemikiran manusia yang sangat terbatas di dunia ini.


                [1] Kata “setengah sadar” yang dituliskan tersebut diatas artinya manusia dalam keadaan belum tertidur tetapi juga tidak sepenuhnya sadar atau keadaan antara tidur dan jaga. [ Lihat Maulana Muhammad Ali, Islamologi( Jakarta: Darul Kutubih Islamiyah, 2016), hlm. 207.]
[2] Maulana Muhammad Ali, Islamologi ( Jakarta: Darul Kutubih Islamiyah, 2016), hlm. 206-207.
[3] Alfred Guillaume, Islam (London: Penguin Books, 1956), hlm. 55.
[4]Alfred Guillaume, Islam..., hlm.63.
                [5]Maulana Muhammad Ali, Islamologi..., hlm.211.
[6]Maulana Muhammad Ali, Islamologi..., hlm.211.
[7] Yohanes Harun Juwono, Mengenal Islam ( Sinaksak- Pematang Siantar, 2000), hlm.107.
[8]Nasruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: Alma’Arif, 1993 ), hlm.155-156, cet.11.

Komentar

Postingan Populer