Dua Kalimat Syahadat
Pengertian Syahadat
Dalam bahasa arab sebenarnya
diambil dari kata “ musyahadah” yang mempunyai arti “melihat dengan mata
kepala”.Namun kata “Syahadat” sendiri mempunyai arti mengungkapkan isi hati.
Atas dasar itulah mengucapkan kalimat ‘syahadat” harus diimbangi dengan keyakinan
hati yang kuat serta mengungkapkannya secara lisan. Maka dengan ini bagi umat
muslim,yang telah mengucapkan 2 kalimat syahadat “Asyahadu an Laa ilaaha
illallah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah berarti dia telah mengakui
dengan hati serta lisannya dengan sangat yakin seperti dia telah menyaksikan
dari mata kepalanya sendiri tentang Islam.[1]
Makna dua kalimat Syahadat
Laailaaha Illallaah
Laailaaha Illallaah yang artinya: Tidak ada Tuhan melainkan yang bernama Allah.
Syahadat yang pertama ini menegaskan
Existensi Tuhan sebagai satu-satunya yang bernama Allah. Perkataan Allah
berasal dari kata “Ilah” yang berarti ma’bud” (yang disembah), sesuatu yang
dianggap berkuasa dan besar mempunyai nilai yang patut disembah dan ditaati
dengan sepenuh hati. Zat yang mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas dimana
manusia yang hidup di dunia ini butuh kepadanya dan memerlukan pertolongan.
Maka konsekwensi dari kata Allah berarti
satu-satunya Tuhan yang patut disembah
dan tempat bergantung segala
makhluk.[2]
Pengakuan terhadap keesaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, mengandung
kesempurnaan kepercayaan kepadanya dari dua segi yaitu:
a)
Rububiyah yaitu sifat ketuhanan yang
menciptakan alam, memelihara dan mendidiknya. Bahwa zat yang bernama Allah saja
yang menciptakan alam semesta ini dengan seluruh isinya, memelihara dan
mendidiknya.
b)
Uluhiyah, ini adalah konsekwensi dari segi yang pertama yakni
bahwa hanya zat yang bernama Allah saja sebagai Tuhan satu-satunya yang wajib
disembah dan dimohonkan pertolongannya.
Kalimat “Laa ilaaha illalllaah” tersusun dalam bentuk dimulai dengan
peniadaan, yaitu tiada Tuhan, baru disusul dengan suatu penegasan: melainkan
Allah, ini berarti bahwa lebih dahulu seorang muslim dalam hidupnnya harus
membersihkan segala macam Tuhan, kepercayaan, keyakinan, aqidah dan sebagainya.
Yang ada dalam kalbunya hanyalah satu Tuhan, satu kepercayaan, satu keyakinan,
dan satu aqidah ialah hanya zat yang bernama Allah s. W.t. Suatu keyakinan yang
pasti bahwa kepadanyalah tertuju, baik
sifatRububiyah maupun sifat Uluhiyah. Dengan ini manusia akan terhindar dari berbagai bencana dan kesesataan,
kemudian mendapat keselamatan dan kebahagian
hakiki dalam hidupnya. Sebab manusia hidup atas dasar kepercayaannya,
tinggi rendahnya nilai kehidupan manusia tergantung kepada tinggi rendahnya
dipercayakannya yang dimiliknnya. Kepercayaan kepada keesaan Allah adalah nilai
yang haq dan paling kudus.[3]
La ilaha illa Allah Tak ada Tuhan selain Allah.
Ini adalah seruan utama orang Islam. Islam yakin bahwa dirinya adalah agama
monotheisme yang paling murni, yang pertama dan utama, semuah agama dimana
monotheise mencapi pemahaman dengan disiplin yang sangat keras dan tanpa
kompromi. Demikian kerasnya sehingga sebagi konsekwensinya Islam menolak segala
sarana dan penalaran yang dapat membahayakan pemahaman tentang keesaan Allah
itu.
Seorang tokoh yaitu Yunahar
Ilyas dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar agama Islam menjelaskan secara luas
makna kalimat la ilaha illa Allah adalah sebagai berikut: [4]
- Tidak
ada pencipta lain kecuali Allah ( la
khaliqa illa Allah)
- Tidak
ada yang maha pemberi rezeki kecuali Allah (la raziga illa Allah)
- Tidak
ada yang maha memelihara kecuali Allah (la hafiza illah Allah)
- Tidak
ada yang maha mengelolah kecuali Allah (la mudabbira illah Allah)
- Tidak
ada yanng maha memiliki kecuali Allah (la
malika illa Allah)
- Tidak
ada yang maha pemimpin kecuali Allah (la
waliya illa Allah)
- Tidak
ada yang maha menentukan aturan kecuali Allah (la hakima illa Allah)
- Tidak
ada yang maha menjadi tujuan lain selain Allah (la ghayata illa Allah)
- Tidak ada yang pantas
disembah lain kecuali Allah (la ma’
buda illa Allah)
Pandangan tentang Trinitas
menurut agama Islam. Menurut Islam keesaan Allah itu unik, satu-satunya,
tunggal tidak ada apapun yang dapat menyerupai dan disamakan dengan dia, dan
dia tidak mungkin mengambil bentuk manusia atau bentuk fisik apapun yang lain.
Karena itu juga Islam menolak faham inkarnasi Allah. Yesus walaupun dihormati
sangat tinggi dengan sebutan roh Allah dan sabda Allah, dan sebagai utusan
Allah yang dikandung dalam rahim Maria melalui hembusan Roh Allah secara
misterius dan penuh mukjijat tanpa campur tangan seorang laki-laki, namun dia tetaplah hanya
nabi dan manusia biasa.
Yesus bukan putra Allah dalam
pengertian salah satu bagian dari Trinitas ilahi, karena Allah itu Esa dan maha kuasa, dan Allah tidak mempunyai
anak dan saingan. Selain itu Islam juga menolak pendapat bahwa yesus mati
disalib. Mereka mengakui yesus disalib namun ia diselamatkan, ia diangkat ke
atas oleh intervensi ilahi. Karena itu,
yesus sebagai utusan Allah tidak mati oleh perbuatan Manusia. Banyak orang Islam
memang mengerti bahwa iman akan Allah Tri tunggal dalam ajaran kristen tidak
berarti percaya kepada tiga Allah. Namun bagaimanapun istilah tri tunggal bagi
kebanyakan orang Islam sulit dimengerti tanpa membahayakan keesaan Allah.
Karena itu sejak jaman nabi Muhammad dan sampai sekarang juga, banyak orang Islam
yang menganggap orang kristen sebagai orang yang menyembah banyak tuhan.[5]
Dalam kalimat la
ilaha ila Allah, Islam mengimani dan mengerti Allah sebagai yang maha
Agung, atau Allahu Akbar Allah maha besar. Seruan itu nyaring lima kali sehari
dikumandangkan dari atas menara Masjid setiap saat adzan ( pangilan untuk
shalat) tiba. Allah Akbar juga merupakan slogan
yang sangat sering diucapkan oleh
orang Islam dalam menghadapi bahaya dan kesulitan maupun penderitaan di dalam
hidup. Dengan kata tak ada yang lain
kecuali Dia, orang Islam tidak mengenal ‘tuan’ yang lain selain Allah, tidak ada keterikatan dengan
yang lain, tidak tunduk kepada yang lain kecuali kepada Allah, tidak taat
kecuali kepad perintahnya, tidak patuh kecuali kepada kehendaknya. Dengan ini
justru mau dikatakan bahwa orang Islam itu adalah manusia yang merdeka, bukan
hamba dalam pengertian budak, sebab tidak ada keterikatan atau beban untuk
tunduk dan taat kepada yang lain, kepada allah yang palsu. Orang Islam hanya
terikat pada penciptanya dan penopang hidupnya. [6]
Berkaitan dengan etika Islam
yang dihidupi oleh masyarakat Islam masa kini misalnya, kita mengerti dan
mengakui bahwa etika Isam itu lebih tinggi dibandingkan denga etika masyarakat
Arab umumnya pada waktu Islam muncul Islam menuntut para penggikutnya suatu standar tingkahlaku moral yang tinggi
yang mungkin bagi manusia. Etika moral itu dibagi kepada manusia dengan mengacu
pada kesempurnaan Allah sendiri, Allah yang maha tinggi dan mulia. Q. 16:60
menyatakan :”... Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi, Maha perkasa, dan Maha
Bijaksana”. Dalam surat 30:27 dikatakan “Bagi Allahlah teladan yang sempurna
baik dilangit maupun dibumi”. Kata di atas bumi itu mempunyai makna tersendiri.
Teladan Allah bukanlah sebuah konsep khayalan, teladan itu adalah teladan yang
hidup bagi manusia dalam pergjuangannya di atas bumi ini di dalam segala
situasi.[7]
Wa Muhammad Rasul Allah
Kalimat yang kedua dari
syahadat Islam yang merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kalimat yang petama ialah kalimat
Wa Muhammad Rasul Allah, sama dengan kalimat yang pertama mempuyai makna yang sangat mendalam bagi
orang Islam.[8]
Dalam syahadat yang kedua ini ada tiga pengetahuan yang asasi yaitu:
a)
Nabi Muhammad itu adalah
Nabi/Rasul Allah untuk seluruh manusia hingga akhir zaman.
b)
Nabi Muhammad adalah Nabi /Rasul Allah yang terakhir, sesudah
beliau, tidak akan datang lagi seorang Nabi/Rasul.
c)
Muhammad adalah penguhulu seluruh Nabi dan Rasul
Pengetahuan mereka tentang
dua kalimat Syahadat ini adalah suatu pengetahuan yang asasi. Dari kalimat ini
bertolak keIslaman mereka dan dari sini pulah hendaknya mereka mengakhiri hidup
duiawi mereka. Iman kepada Muhammad
s.a.w. berdasar atas firman Allah s.w.t. dalam Quran sebagai berikut: Dan tiada
kami mengutus enkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia guna memberikan
berita gembira dan berita peringatan. Selain itu Muhammad itu bukanlah bapak
seseorang dari laki-laki kamu, tetami M,uhammad itu adalah Rasul Allah dan
penutup Nabi-nabi dan adalah Allah mengetahui tiap-tiap sesuatu.[9]
Menurut kata-kata Al-Qur’ an,
dengan diutusnya Muhammad sebagai nabi yang terakhir Allah telah menyempurnakan
agama yang di bawa oleh Muhammad, yaitu Islam sebagai agama yang benar.[10]
Ia dipanggil kira-kira pada umur 40 tahun, masa kecilnya penuh dengan
kesulitan, Ayahnya meninggal waktu ia masi dalam kandungan ibunya, kemudian
ibunya meninggal ketika ia masi berusia 6 tahun. Kemudian ia diasuh oleh
kakeknya, setelah kakenya meninggal ia di asuh oleh pamannya. Sampai umur 25
tahun ia hidup dalam kemiskinan.
Ketika pembantu Khadijah
menyanyakan kepadanya mengapa ia belum menikah. Ia menjawab bahwa dirinya tidak
mempunyai sarana untuk menopang hidupnya. Namun walaupun ia hidup miskin ia
sangat terkenal sebagai orang yang jujur. Karena kejujuranya itu maka Khadija janda kaya tertarik untuk melamar Muhammad,
dan pada akhirnya mereka menikah pada tahun 595. Khadijah adalah istri pertama
Muhammad, dan tetap menjadi istri satu-satunya sampai ia meninggal pada 20
bulan ramadhan th.619, tiga tahun sebelum Hijrah dalam usia 65 tahun.[11]
Sampai di Madinah Muhammad
menikahi banyak wanita. Apa yang dilakukan oleh Muhammad pertama-tama bukanlah
pelecehan terhadap manusia perempuan. Tetapi karena situasi yang terjadi pada
saat itu, dimana banyak orang-orang Islam yang gugur dalam perang Uhud(629).
Maka dengan ini Muhammad menikahi banyak wanita tersebut agar mereka mempunyai pelindung yang bisa
membiayai kebutuhan hidup mereka dan memberikan rasa aman. Selain situasi
perang alasan lain Muhammad menikahi perempuan tersebut adalah karena tuntutan
politik, misalnya dia ingin menjalin persahabatan dengan suku-suku tertentu sedemikian
sehingga para anggota suku itu mau masuk Islam atau agar mereka tidak memusuhi Islam.[12]
Bagi orang Islam Muhammad
bukan hanya nabi yang mengwartakan agama Islam kepada umat manusia melainkan
model atau teladan yang sempurna walaupun ia sendiri tidak pernah mengklaim
diri sebagai manusia yang sempurna. Didalam Al-Qur’an ia justru mengatakan
bahwa dirinya adalam manusia biasa. Namun kendati ia adalah manusia biasa
Al-Qur’an juga merekam berbagai kelebihan Muhammad dibandingkan dengan manusia
lain. Muhammad diutus oleh Allah bukan hanya sebagai nabi atau rasul melainkan
juga sebagai rahmad bagi dunia. Baginya Allah dan para malaikat mengucapkan
berkat dan doa, ia adalah manusia yang berbudi agung.
Wa Muhammad Rasul Allah kalimat yang menjadikan Islam
sebagai agama ini menurut Wilfred Cantwell Smith, lebih-lebih merupakan
pernyataan mengenai Allah dan bukan mengenai manusia, Allah sebenarnya
mewahyukan dirinya. Ia ditentukan oleh Allah sungguh-sungguh seorang yanng
terpilih atau dipilih oleh yang ilahi. Muhammad adalah insan kamil yang dipilih oleh Allah untuk menyempurnakan agama
Allah. Orang Islam menghormatinya dengnan penghormatan yang sangat tinggi dan
selalu menambahkan SAW (Sala Allahu
alaihi wa salam semoga Allah melimpahkan rahmat dan damai sejahtera
kepadanya) setiap kali menyebut namanya.
Taat kepada Muhammad
merupakan cerminan dari ketaatan orang Islam kepada Allah. Barangsiapa mentaati
Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barang siapa yangn
berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka (Q. 4:80). Denag demikian dapat kita mengerti bahwa jika
orang menghina atau berbicara buruk mengenai Muhammad itu berarti menghina dan
berbicara buruk mengenai Allah, mengenai Islam dan tentu saja mengenai seluruh
umat Islam. [13]
[1] Nasrudin Rasak, Dienul Islam, (Bandung:PT Alma’arif,
1993), hlm. 123
[2] Nasrudin Rasak, Dienul Islam ..., hlm. 124-125
[3] Nasrudin Rasak, Dienul Islam ..., hlm. 127
[4] Yohanes Harun Yuwono, Mengenal Islam (Sinaksak: STFT St. Yohanes, 2000), hlm. 1-2
[5] Yohanes Harun
Yuwono, Mengenal Islam ..., hlm. 2
[6] Yohanes Harun
Yuwono, Mengenal Islam ..., hlm. 3
[7] Yohanes Harun
Yuwono, Mengenal Islam ..., hlm. 5
[8] Chris Horrie and
Peter Chippindale, What is Islam (London:Peter
Court 1990), hlm. 26
[9] Nasrudin Rasak, Dienul Islam ..., hlm 126-127
[10] Chris Horrie and
Peter Chippindale, What is Islam ...,
26
[11] Yohanes Harun
Yuwono, Mengenal Islam ..., hlm. 7
[12] Yohanes Harun
Yuwono, Mengenal Islam ..., hlm. 8
[13] Yohanes Harun
Yuwono, Mengenal Islam ..., hlm. 11
Komentar
Posting Komentar